Don't Leave Me Alone

by Sabtu, Januari 18, 2014 0 komentar
selamat malam :)
malam minggu gini enaknya share cerita dari creepypasta indonesia lagi :v

selamat membaca



Selamat malam minggu mblo, eh mber maksudnya :v
***************************************
"Don't Leave Me Alone"

Source : everythingscary.com
Credited to : i_c_dead_ppl
Translated & Retold by : Youichi


Dulu, aku orang yang sangat penakut. Bahkan ditinggal sendirian dirumah pun aku tidak mau. Namun kini usiaku sudah 18 tahun, lambat laun sifat penakutku juga hilang. Untung saja. Tapi belakangan ini aku merasa ada sesuatu yang aneh dari rumah ini. Benda-benda dikamarku seolah berpindah tempat dengan sendirinya.
Saat malam tiba, aku sering mendengar suara gaduh di lorong.
Mungkin ini hanya sugestiku karena aku sedang sendirian dirumah. Orangtuaku sedang berada diluar kota dan akan pulang beberapa hari lagi.

Aku memutuskan untuk menonton tv. Tak lama setelah itu, telepon pun berdering dan aku pun mengangkatnya.

"Hallo kediaman keluarga Brown." kataku.

"Hei, sedang apa kau?." Itu sahabatku, Amy.

"Syukurlah kau menelpon, aku hampir mati kebosanan daritadi." jawabku.

Kami asyik mengobrol selama 1 jam kurang lebih. Setelah itu, Amy ada urusan sehingga kami mengakhiri percakapan. Aku kembali duduk didepan tv.
Tapi tak berapa lama, telepon kembali berdering. Aku pun mengangkatnya.

"Hallo kediaman keluarga Brown." aku berkata.

"Aku sangat dekat denganmu. Aku bisa menangkapmu kapan saja. Kau tidak bisa sembunyi karena aku bisa melihatmu dengan jelas." kata seseorang disana, setelah itu terdengar nada tunggu.
Aku langsung menutup telepon.
Lelucon macam apa itu, pikirku. Aku sungguh kesal karena itu sangatlah tidak lucu.

Saat malam, aku berusaha untuk tidur di sofa depan televisi. Tapi, telepon kembali berdering. Aku pikir, mungkin itu orangtuaku tapi aku salah.

"Hallo, kediaman keluarga Brown" kataku sambil terkantuk.

"Sekarang, aku berada diatas." Jawab seseorang diseberang sana.

"Berhenti membuat lelucon dan tinggalkan aku sendiri. Dasar idiot." gerutuku saat itu. Aku sungguh kesal.

Keadaan sungguh hening, di telepon pun tak terdengar apa-apa.
Keringat dingin mulai mengucur di dahiku, aku masih menempelkan gagang telepon itu di telingaku.
Tiba-tiba, kudengar sesuatu seperti pecahan gelas diatas sana. Suaranya nyaring terdengar.

Aku segera melempar gagang telepon, mengambil hp-ku sambil berlari keluar. Beruntung, saat itu aku menemukan polisi yang sedang patroli di dekat persimpangan. Aku berlari mendekati mereka.

"Tolonglah, tolong aku pak! Ada seseorang didalam rumahku. Barusan aku menerima telepon dari orang tak dikenal. Dia berkata bahwa dia ada di lantai atas, setelah itu kudengar ada sesuatu yang pecah diatas sana," aku menjelaskan dengan panik.

Akhirnya mereka bersedia dan mengecek seisi rumahku, ada 2 petugas polisi saat itu. Mereka menyisir setiap bagian tapi mereka tak menemukan apa-apa.

"Jika seandainya ada orang asing, mungkin orang itu sudah kabur sekarang karena kami yakin rumahmu aman, tidak ada siapa-siapa."
kata salah satu petugas.

Aku kecewa.
"Oh baiklah, terimakasih pak." jawabku sambil kembali kedalam rumah, mengunci pintu.
Aku ingin menyangkal tapi sudahlah, kenyatannya memang tidak ada apa-apa.
Aku mencoba menghubungi ayah dan ibu, namun jaringannya selalu sibuk. Aku ingin menceritakan apa yang kualami, dan mengatakan pada mereka bahwa aku tak mau ditinggal sendiri lagi dirumah.

Sekali lagi, telepon kembali berdering. Ada rasa takut tapi aku tak menghiraukannya karena masih berharap mungkin itu orangtuaku.
Aku mengangkat dan mendengar seseorang berbicara

"Aku tidak hidup, jadi tentu saja mereka tidak bisa melihatku."

Jantungku berdegup kencang.
Seketika itu aku segera berlari menuju kamar  dan menguncinya.
Tanpa kusadari, ada seseorang berdiri disebelah ranjangku. Berjawah pucat dan ia memegang sebilah pisau.
Aku berbalik dan kakiku lemas, aku berlutut dan menangis, aku sungguh ketakutan.

"Sssiapa kau? Tolong tinggalkan aku sendiri. Tolong jangan sakiti aku." pintaku saat itu.

Pria itu hanya menatap lurus kepadaku. Wajahnya pucat, tanpa ekspresi.
Aku sangat ingin berteriak tapi suaraku seakan tercekat di tenggorokan. Aku hanya bisa menangis. Aku berusaha berinteraksi lagi dengan pria itu.

"Kumuhon, tinggalkan aku sendiri. Akan ku berikan apapun yang kau mau, asal jangan sakiti aku. Kumohon" 

Kemudian wajahnya berubah menjadi normal, seperti anak lelaki seusianya, atau mungkin seusiaku. Tidak pucat dan tak lagi menyeramkan.
Ia meletakan pisau itu diatas kasur dan memintaku untuk lebih dekat dengannya. Aku mengikuti perintahnya.

Ia menyuruhku duduk dan menyalakan laptopku. Setelah laptop menyala, tiba-tiba muncul sebuah artikel mengenai sebuah rumah. Itu terlihat seperti rumah yang kutinggali sekarang. Aku membacanya, artikel itu mengatakan :
"Lima tahun lalu pada tanggal 5 Desember, ada seorang anak laki-laki yang dikabarkan hilang  dalam usia 13 tahun. Hingga kini, bocah malang itu belum bisa ditemukan.
Keluarganya pindah meninggalkan rumah lamanya, dan rumah itu pun ditinggali oleh keluarga baru.
Banyak yang mengatakan bahwa mereka melihat anak laki-laki, sering terlihat dirumah secara misterius. Awalnya-------"

Belum sempat aku menyelesaikan baacanku, layar laptop kembali seperti semula dan artikel tersebut hilang dengan sendirinya.

Aku menatapnya. Aku tidak bisa menyembunyikan ketakutanku.
Tiba-tiba, ia tersenyum kepadaku.
Kemudian ia mendekat, aku memejamkan mata karena takut. Bibirku gemetaran, takut kalau pria ini akan berbuat sesuatu yang kejam terhadapku.
Saat masih terpejam, aku merasakan kecupan di pipiku. Aku membuka mata dengan perlahan, aku mengingat kecupan itu.

"Oh tuhan, James? Itukah kau?."

Aku teringat pada James, saat ada reuni TK 5 tahun yang lalu. Dia menghilang di hari yang sama saat kami bertemu, tapi dia sempat mencium pipiku saat acara dansa waktu itu.

Kemudian, ia menatapku seraya berkata
"Maafkan aku. Saat itu, aku bahkan tak mendapat kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal padamu."
 
Aku menatapnya, aku tak dapat berkata-kata. Aku tak bisa membendung air mataku. Seolah tak percaya akan apa yang kulihat dihadapanku  saat ini.

"Maafkan aku, aku sungguh tak bermaksud untuk menakutimu. Aku hanya ingin mendapat  perhatian darimu." kata James.

"Jadi, benda-benda yang berpindah, lalu suara gaduh setiap malam? Itu semua kau yang membuatnya?." jawabku.

"Tapi kau ini 'apa' James? Kenapa kau menghilang sekian lama dan sekarang kau muncul dengan tiba-tiba?." tanyaku lagi.

James hanya tersenyum. Ia memperlihatkan sebuah lubang yang terlihat seperti ditembus peluru di perutnya.
Senyuman James, luka menganga itu, wajah pucat James, sudah bisa menyakinkanku tentang apa yang ada dihadapanku saat ini.

"Jangan pernah tinggalkan aku lagi James."

[end]



Dulu, aku orang yang sangat penakut. Bahkan ditinggal sendirian dirumah pun aku tidak mau. Namun kini usiaku sudah 18 tahun, lambat laun sifat penakutku juga hilang. Untung saja. Tapi belakangan ini aku merasa ada sesuatu yang aneh dari rumah ini. Benda-benda dikamarku seolah berpindah tempat dengan sendirinya. Saat malam tiba, aku sering mendengar suara gaduh di lorong. Mungkin ini hanya sugestiku karena aku sedang sendirian dirumah. Orangtuaku sedang berada diluar kota dan akan pulang beberapa hari lagi. Aku memutuskan untuk menonton tv. Tak lama setelah itu, telepon pun berdering dan aku pun mengangkatnya. "Hallo kediaman keluarga Brown." kataku. "Hei, sedang apa kau?." Itu sahabatku, Amy. "Syukurlah kau menelpon, aku hampir mati kebosanan daritadi." jawabku. Kami asyik mengobrol selama 1 jam kurang lebih. Setelah itu, Amy ada urusan sehingga kami mengakhiri percakapan. Aku kembali duduk didepan tv. Tapi tak berapa lama, telepon kembali berdering. Aku pun mengangkatnya. "Hallo kediaman keluarga Brown." aku berkata. "Aku sangat dekat denganmu. Aku bisa menangkapmu kapan saja. Kau tidak bisa sembunyi karena aku bisa melihatmu dengan jelas." kata seseorang disana, setelah itu terdengar nada tunggu. Aku langsung menutup telepon. Lelucon macam apa itu, pikirku. Aku sungguh kesal karena itu sangatlah tidak lucu. Saat malam, aku berusaha untuk tidur di sofa depan televisi. Tapi, telepon kembali berdering. Aku pikir, mungkin itu orangtuaku tapi aku salah. "Hallo, kediaman keluarga Brown" kataku sambil terkantuk. "Sekarang, aku berada diatas." Jawab seseorang diseberang sana. "Berhenti membuat lelucon dan tinggalkan aku sendiri. Dasar idiot." gerutuku saat itu. Aku sungguh kesal. Keadaan sungguh hening, di telepon pun tak terdengar apa-apa. Keringat dingin mulai mengucur di dahiku, aku masih menempelkan gagang telepon itu di telingaku. Tiba-tiba, kudengar sesuatu seperti pecahan gelas diatas sana. Suaranya nyaring terdengar. Aku segera melempar gagang telepon, mengambil hp-ku sambil berlari keluar. Beruntung, saat itu aku menemukan polisi yang sedang patroli di dekat persimpangan. Aku berlari mendekati mereka. "Tolonglah, tolong aku pak! Ada seseorang didalam rumahku. Barusan aku menerima telepon dari orang tak dikenal. Dia berkata bahwa dia ada di lantai atas, setelah itu kudengar ada sesuatu yang pecah diatas sana," aku menjelaskan dengan panik. Akhirnya mereka bersedia dan mengecek seisi rumahku, ada 2 petugas polisi saat itu. Mereka menyisir setiap bagian tapi mereka tak menemukan apa-apa. "Jika seandainya ada orang asing, mungkin orang itu sudah kabur sekarang karena kami yakin rumahmu aman, tidak ada siapa-siapa." kata salah satu petugas. Aku kecewa. "Oh baiklah, terimakasih pak." jawabku sambil kembali kedalam rumah, mengunci pintu. Aku ingin menyangkal tapi sudahlah, kenyatannya memang tidak ada apa-apa. Aku mencoba menghubungi ayah dan ibu, namun jaringannya selalu sibuk. Aku ingin menceritakan apa yang kualami, dan mengatakan pada mereka bahwa aku tak mau ditinggal sendiri lagi dirumah. Sekali lagi, telepon kembali berdering. Ada rasa takut tapi aku tak menghiraukannya karena masih berharap mungkin itu orangtuaku. Aku mengangkat dan mendengar seseorang berbicara "Aku tidak hidup, jadi tentu saja mereka tidak bisa melihatku." Jantungku berdegup kencang. Seketika itu aku segera berlari menuju kamar dan menguncinya. Tanpa kusadari, ada seseorang berdiri disebelah ranjangku. Berjawah pucat dan ia memegang sebilah pisau. Aku berbalik dan kakiku lemas, aku berlutut dan menangis, aku sungguh ketakutan. "Sssiapa kau? Tolong tinggalkan aku sendiri. Tolong jangan sakiti aku." pintaku saat itu. Pria itu hanya menatap lurus kepadaku. Wajahnya pucat, tanpa ekspresi. Aku sangat ingin berteriak tapi suaraku seakan tercekat di tenggorokan. Aku hanya bisa menangis. Aku berusaha berinteraksi lagi dengan pria itu. "Kumuhon, tinggalkan aku sendiri. Akan ku berikan apapun yang kau mau, asal jangan sakiti aku. Kumohon" Kemudian wajahnya berubah menjadi normal, seperti anak lelaki seusianya, atau mungkin seusiaku. Tidak pucat dan tak lagi menyeramkan. Ia meletakan pisau itu diatas kasur dan memintaku untuk lebih dekat dengannya. Aku mengikuti perintahnya. Ia menyuruhku duduk dan menyalakan laptopku. Setelah laptop menyala, tiba-tiba muncul sebuah artikel mengenai sebuah rumah. Itu terlihat seperti rumah yang kutinggali sekarang. Aku membacanya, artikel itu mengatakan : "Lima tahun lalu pada tanggal 5 Desember, ada seorang anak laki-laki yang dikabarkan hilang dalam usia 13 tahun. Hingga kini, bocah malang itu belum bisa ditemukan. Keluarganya pindah meninggalkan rumah lamanya, dan rumah itu pun ditinggali oleh keluarga baru. Banyak yang mengatakan bahwa mereka melihat anak laki-laki, sering terlihat dirumah secara misterius. Awalnya-------" Belum sempat aku menyelesaikan baacanku, layar laptop kembali seperti semula dan artikel tersebut hilang dengan sendirinya. Aku menatapnya. Aku tidak bisa menyembunyikan ketakutanku. Tiba-tiba, ia tersenyum kepadaku. Kemudian ia mendekat, aku memejamkan mata karena takut. Bibirku gemetaran, takut kalau pria ini akan berbuat sesuatu yang kejam terhadapku. Saat masih terpejam, aku merasakan kecupan di pipiku. Aku membuka mata dengan perlahan, aku mengingat kecupan itu. "Oh tuhan, James? Itukah kau?." Aku teringat pada James, saat ada reuni TK 5 tahun yang lalu. Dia menghilang di hari yang sama saat kami bertemu, tapi dia sempat mencium pipiku saat acara dansa waktu itu. Kemudian, ia menatapku seraya berkata "Maafkan aku. Saat itu, aku bahkan tak mendapat kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal padamu." Aku menatapnya, aku tak dapat berkata-kata. Aku tak bisa membendung air mataku. Seolah tak percaya akan apa yang kulihat dihadapanku saat ini. "Maafkan aku, aku sungguh tak bermaksud untuk menakutimu. Aku hanya ingin mendapat perhatian darimu." kata James. "Jadi, benda-benda yang berpindah, lalu suara gaduh setiap malam? Itu semua kau yang membuatnya?." jawabku. "Tapi kau ini 'apa' James? Kenapa kau menghilang sekian lama dan sekarang kau muncul dengan tiba-tiba?." tanyaku lagi. James hanya tersenyum. Ia memperlihatkan sebuah lubang yang terlihat seperti ditembus peluru di perutnya. Senyuman James, luka menganga itu, wajah pucat James, sudah bisa menyakinkanku tentang apa yang ada dihadapanku saat ini. "Jangan pernah tinggalkan aku lagi James." [end]

source = https://www.facebook.com/CreepypastaIndonesia

Unknown

Developer

Hidup adalah kegelapan, kegelapan adalah hidup.

0 komentar:



:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar